tarif tinggi terhadap barang-barang impor dari China yang gagasan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, ternyata masih meninggalkan jejak panjang.
para pemasok lokal dari produsen-produsen otomotif tersebut. Bulan lalu, Toyota, Nissan, dan Ford mengirim surat ke cabang AS.
“Kami nantinya dapat berupaya untuk mendapatkan kembali pembayaran dukungan kepada para pemasok,” kata produsen asal Yokomaha itu, Jumat (23/5/2025).
Sejumlah perusahaan manufaktur Jepang, khususnya di sektor otomotif, elektronik, dan mesin berat, mulai merasakan beban yang lebih berat. Banyak dari mereka mengandalkan suku cadang dari China atau menjadikan AS sebagai pasar utama. Tarif yang tinggi dan fluktuasi harga bahan baku membuat margin keuntungan mereka terus tertekan.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada Jepang. Negara-negara lain yang terintegrasi dalam rantai pasok global juga mengalami tekanan. Negara-negara Asia Tenggara yang menjadi lokasi manufaktur alternatif kini dihadapkan pada lonjakan permintaan yang tidak seimbang dengan kapasitas.
Jika kondisi ini terus berlanjut, bisa terjadi perlambatan manufaktur global, berpotensi memicu inflasi dan memperparah krisis pasokan yang sebelumnya terpicu oleh pandemi.
para pelaku industri mendesak pemerintah AS untuk meninjau ulang kebijakan proteksionis agar tercipta iklim perdagangan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Kebijakan tarif mungkin ditujukan untuk melindungi industri domestik AS, namun pada kenyataannya, efeknya menyebar luas. Produsen Jepang kini menjadi salah satu korban nyata dari kebijakan ini. Dalam dunia yang sangat terhubung secara ekonomi, satu kebijakan unilateral dapat menciptakan riak masalah yang tak terduga dan jauh jangkauannya.