Warga tetap mewaspadai potensi bencana gempa dan tsunami saat momen libur Lebaran Idulfitri 2025/1446 Hijriah. Simak penjelasannya.
Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bencana gempa hingga tsunami beberapa kali terjadi lebaran Idulfitri.
“Sejarah gempa BMKG mencatat bahwa setidaknya ada 13 kejadian gempa dan tsunami merusak yang pernah terjadi selama periode perayaan hari raya dan liburan,” kata Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/3).
kejadian gempa dan tsunami yang merusak itu yakni:
1. Tsunami Ambon 1674 (Imlek)
2. Gempa Semarang-Jepara 1821 (Natal)
3. Tsunami Banda Naira 1852 (Natal)
4. Tsunami Larantuka 1982 (Natal)
5. Tsunami Biak 1996 (Idulfitri)
6. Tsunami Aceh 2004 (Natal)
7. Gempa Bora Sulteng 2005 (Iduladha)
Lebih lanjut, menurut Daryono, permasalahan yang dihadapi para pemudik pengguna moda transportasi darat meliputi kondisi spesifik wilayah, seperti geografi, geologi, serta risiko bencana gempa dan tsunami.
Setidaknya ada sembilan hal penting yang perlu dipahami oleh pemudik sebagai upaya kesiapsiagaan terhadap potensi gempa dan tsunami di jalur transportasi darat selama libur Lebaran, yaitu:
1. Gempa kuat dapat memicu rekahan permukaan (surface rupture) jalan raya akibat pergeseran tiba-tiba jalur sesar aktif. Pemudik perlu mengenali sebaran sesar aktif di sepanjang jalur mudik.
2. Jalan raya juga dapat terbelah (ground failure) akibat tanah lunak yang berguncang kuat saat gempa. Pemudik perlu berhati-hati jika terus melanjutkan perjalanan atau mencari jalur mudik alternatif.
3.Gempa kuat dapat memicu terjadinya likuefaksi di jalan raya. Pemudik perlu mengenali zona rawan likuefaksi di sepanjang jalur mudik.