Dalam situasi konflik yang memanas antara Israel dan Hamas di Gaza, sekelompok pilot angkatan udara Israel membuat langkah mengejutkan. Mereka menandatangani petisi menolak melanjutkan serangan udara di Gaza, menyuarakan keprihatinan atas korban sipil dan dampak kemanusiaan.
Aksi ini memicu perdebatan sengit di Israel, antara dukungan atas prinsip moral dan kritik sebagai “pengkhianatan”. Bagaimana dampaknya terhadap kebijakan militer Israel? Simak analisisnya.
“pengkhianatan”. Bagaimana dampaknya terhadap kebijakan militer Israel? Simak analisisnya.
Isi Petisi dan Alasan Pilot Menolak Terbang
Menurut laporan Haaretz dan The Times of Israel, puluhan pilot, termasuk beberapa dengan pangkat tinggi, menyatakan:
“Kami menolak menjadi alat pembunuhan massal. Serangan udara di Gaza telah menewaskan ribuan warga sipil, termasuk anak-anak. Ini bukan cara mencapai keamanan.”
Beberapa alasan utama mereka:
- Korban Sipil Meningkat – Serangan udara Israel diklaim menyebabkan ribuan kematian warga Gaza, termasuk banyak non-kombatan.
- Dampak Jangka Panjang – Kekerasan hanya memperdalam kebencian dan tidak menyelesaikan akar konflik.
- Pertimbangan Hukum Internasional – Beberapa ahli HAM menyebut serangan di Gaza melanggar prinsip proporsionalitas.
Bisakah Suara Pilot Mengubah Kebijakan?
Aksi para pilot ini mungkin tidak langsung menghentikan perang, tetapi menjadi catatan penting dalam sejarah konflik Israel-Palestina. Ini menunjukkan bahwa bahkan di tengah nasionalisme kuat, ada suara-suara yang menolak kekerasan.
“Perdamaian tidak bisa dibangun dengan bom, tetapi dengan keberanian untuk mengatakan ‘tidak’ pada pembunuhan.”
Bar kemudian sempat mendapat kritikan dari para perwira itu, menganggap keputusannya mengancam para anggota yang mencoba menyuarakan pendapatnya melalui petisi dengan pemecatan.
Bar kemudian membantah kritikan tersebut bahwa tindakannya bukan hukuman.